EMPAT TIANG GEREJA SEJATI (KPR 2: 41-47)

Rev. Fazli Samil (SRPCAA)

Gambar Kiasan

Dewasa ini kita sering melihat bangunan gereja yang megah, sistem pelayanan yang lengkap, teknologi ibadah yang canggih, kalendar gereja yang penuh dengan pelbagai aktiviti / program. Namun, ada satu persoalan penting yang jarang diajukan: adakah kita sedang membangun gereja, atau sekadar membangun aktiviti? atau kita mungkin sedang membangun suasana yang kelihatan rohani dari luar, tetapi kenyataannya sama sekali tiada struktur rohani yang sejati dari dalam.

Gereja moden begitu sibuk mengejar strategi pertumbuhan, menetapkan warna-warni pelayanan, dan mencipta pengalaman ibadah yang lebih menyentuh perasaan, sedangkan gereja mula-mula bertumbuh tanpa memikirkan hal itu, Apa yang mereka miliki hanyalah Injil yang diberitakan dan Roh Kudus yang bekerja. Hasilnya? Tiga ribu orang percaya dan bertobat, hal ini bukan kerana kehebatan manusia, tetapi kerana kedaulatan Allah.

Jika kita perhatikan ayat 42, terdapat empat tiang utama yang menjadi asas bagi gereja yang sejati. Tiang-tiang ini kelihatannya sederhana, tetapi cukup kuat untuk mengangkat seluruh bangunan rohani umat Tuhan sepanjang zaman.

Tiang Pertama: Pengajaran 

“Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul...”

Gereja yang sejati berdiri diatas dasar pengajaran, namun ini bukan sembarangan pengajaran, tetapi pengajaran para rasul, iaitu Firman Tuhan yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Sedihnya, banyak gereja hari ini lebih suka pengajaran yang dianggap praktikal, dan memotivasi malah khutbah seperti ini sering kali dihargai, yang penting: jangan menyingung soal dosa.

Prinsip Sola Scriptura menjadi asas utama, hanya Firman Tuhan yang memiliki otoriti mutlak untuk membentuk iman dan Kehidupan umat. Gereja bukan ruang untuk membelai para penjahat, penjilat, munafik dsb, tetapi lapangan peperangan untuk menyampaikan kebenaran, walaupun pahit dan menyakitkan. Tanpa pengajaran yang benar, gereja bukan lagi gereja, tetapi hanyalah sebuah bangunan kosong, dan salib menjadi hiasan latar.

Tiang Kedua: Persekutuan 

“...dan dalam persekutuan.”

Istilah Yunani koinonia membawa maksud hubungan yang baik, jujur, saling membangun dan menolong. Namun realiti hari ini, perkataan “persekutuan” sering disamakan dengan “jamuan kasih” selepas ibadah dan sedihnya lagi, ada jemaat yang akan beredar lebih awal kerana ada urusan lain. Persekutuan sejati tidak dibangun atas dasar kebiasaan sosial seperti itu, tetapi atas dasar Injil Kristus. Gereja bukan kelab komuniti yang hanya menampilkan keramahan luaran, tetapi sebuah keluarga rohani yang sanggup menegur dengan kasih, saling menanggung dalam penderitaan, dan berdoa dalam kesatuan. Maka dalam hal ini, Gereja dipandang sebagai tubuh Kristus yang hidup. Jika satu anggota menderita, yang lain turut merasa; jika satu anggota jatuh dalam dosa, yang lain tidak pura-pura buta, inilah persekutuan!

Tiang Ketiga: Pemecahan Roti 

“...dan dalam pemecahan roti...”

"Pemecahan Roti" merujuk kepada Perjamuan Kudus, yang menjadi pusat ibadah gereja mula-mula. Namun hari ini, Perjamuan Kudus seringkali dilakukan hanya sebagai program bulanan, dilakukan dengan cepat-cepat, dan tanpa penghayatan. Jarang ada ajakan untuk merenungkan salib, jarang ada kesedaran akan kekudusan tubuh Kristus. Bahkan ada yang menyambut roti dan cawan sambil melihat jam. Dalam teologi reformed sakramen adalah alat anugerah, bukan sekadar simbol. Dalam Perjamuan Kudus, Kristus hadir secara rohani dan menguatkan iman umat-Nya. Apabila sakramen diremehkan, maka kita sebenarnya tidak sungguh-sungguh mengalami penghayatan tentang anugerah Allah. Pemecahan roti bukan sekadar tradisi ibadah, ia adalah pemberitaan Injil dalam bentuk yang dapat disentuh dan dialami secara jasmani dan rohani.

Tiang Keempat: Doa 

“...dan dalam doa.”

Doa bukan sekadar permintaan, tetapi pengakuan, penyembahan, penyerahan, dan kesatuan dalam Roh. Gereja mula-mula bertumbuh kerana mereka berdoa, bukan hanya pertumbuhan peribadi, tetapi secara komuniti; mereka tidak berdoa secara terburu-buru, tetapi mereka dengan tekun. Doa adalah tanda gereja bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.

Kesimpulan

Empat tiang inilah yang menjadikan gereja hidup dan benar di hadapan Tuhan, Tanpa pengajaran yang benar, tanpa persekutuan yang sejati, tanpa sakramen yang dihormati, dan tanpa doa yang sungguh-sungguh, kita bukanlah membangun gereja, tetapi hanya mencipta suasana keagamaan yang kelihatan hidup tetapi kosong. Oleh itu, kita harus bertanya secara jujur: Adakah gereja kita hari ini masih bertekun dalam empat tiang ini?


***Gereja mula-mula tidak memiliki bangunan, dan tidak mempunyai bajet. Namun mereka mempunyai Kristus, Firman-Nya, sakramen, dan kehidupan doa yang sangat kuat. Dan hasilnya? Tuhan menambahkan jumlah mereka setiap hari. Mereka tidak membangun gereja yang menarik secara luaran, mereka hanya menjadikan Injil sebagai pusat segalanya dan itulah kekuatan sejati gereja sepanjang masa.***


Comments

Popular posts from this blog

EVALUASI CRITICAL TERHADAP PELAKSANAAN KONFERENSI PMM

UNDUK NGADAU (HUMINODUN), PANDANGAN DAN SIKAP KRISTIAN

GEMBALA DAN MAJLIS GEREJA SALING MENGGIGIT?